Kenapa Film Unggulan Belum Tayang di TV? Ini Penjelasan tentang Hold Back Period
Pernahkah
kamu bertanya-tanya, kenapa film yang lagi hits di bioskop belum juga tayang di
TV atau layanan streaming favoritmu? Nah, salah satu penyebab utamanya adalah
yang disebut Hold Back Period.
Di blog kali ini, kita akan mengupas tuntas apa itu Hold Back Period, mengapa itu diterapkan, dan contoh sederhananya agar kamu lebih paham bagaimana distribusi film bekerja. Yuk, kita mulai!
Apa
Itu Hold Back Period?
Hold
Back Period adalah
waktu tunggu yang diberlakukan oleh distributor konten atau studio produksi
sebelum sebuah film atau acara TV bisa dirilis di platform lain setelah
perilisan awalnya. Misalnya, setelah sebuah film dirilis di bioskop, akan ada
periode tertentu sebelum film tersebut bisa tersedia di layanan streaming, TV
berlangganan (cable TV), atau bahkan televisi gratis (free-to-air).
Tujuan
utama dari hold back period adalah untuk memaksimalkan keuntungan di setiap
fase distribusi. Setiap saluran distribusi (bioskop, streaming, TV) memiliki
nilai ekonomi yang berbeda, dan hold back period membantu mengoptimalkan
pendapatan dari setiap tahap.
baca juga Peluang lulusan Produksi Media
Mengapa
Hold Back Period Diterapkan?
Distribusi
film adalah bisnis yang sangat terencana. Studio dan distributor film ingin
mendapatkan penghasilan maksimal dari setiap platform di mana film itu
ditayangkan. Oleh karena itu, mereka memberlakukan waktu tunggu atau hold
back period untuk menghindari penurunan pendapatan di platform pertama
(biasanya bioskop) sebelum film masuk ke fase distribusi berikutnya (misalnya
layanan streaming atau TV).
Bayangkan jika film yang baru tayang di bioskop langsung tersedia di TV atau layanan streaming. Tentunya banyak orang yang akan memilih menonton di rumah daripada pergi ke bioskop, sehingga pendapatan dari bioskop menurun. Hold back period mencegah hal ini dengan memberi jeda waktu agar orang yang benar-benar ingin menonton lebih awal akan memilih ke bioskop.
Contoh
Sederhana Hold Back Period
Biar
lebih mudah, kita buat contoh sederhana:
- Perilisan
di Bioskop
Sebuah film baru dirilis di bioskop
pada tanggal 1 Januari. Di tahap ini, orang yang ingin menikmati
pengalaman menonton di layar lebar dengan kualitas suara dan gambar terbaik
akan menonton di bioskop. Inilah fase distribusi pertama.
- Hold
Back Period untuk Layanan Streaming
Setelah film tayang di bioskop,
biasanya ada hold back period selama 90 hari sebelum film tersebut
tersedia di layanan streaming berbayar seperti Netflix atau Disney+. Jadi, film
baru bisa kamu tonton di streaming pada tanggal 1 April. Tujuannya agar
bioskop mendapatkan waktu eksklusif untuk memaksimalkan keuntungan.
- Hold
Back Period untuk TV Berlangganan
Setelah film tayang di layanan
streaming, hold back period lainnya mungkin diberlakukan sebelum film tersebut
ditayangkan di TV berlangganan (seperti HBO atau Fox Movies). Biasanya
durasinya sekitar 6 bulan setelah tayang di bioskop, misalnya baru
tersedia di TV berlangganan pada bulan Juli.
- Hold
Back Period untuk Free-to-Air TV
Untuk TV gratis, hold back periodnya bisa lebih lama lagi, biasanya sekitar 12 bulan atau lebih. Jadi, film tersebut baru bisa tayang di TV lokal pada tahun berikutnya, contohnya Januari tahun depan.
Contoh
Nyata: Film Blockbuster dan Hold Back Period
Salah satu contoh nyata adalah perilisan film "Avengers: Endgame". Film ini tayang di bioskop pada April 2019, namun baru tersedia di layanan streaming Disney+ sekitar November 2019, sekitar 7 bulan setelah perilisan di bioskop. Setelah itu, film ini baru tersedia di TV kabel beberapa bulan kemudian dan akhirnya di TV gratis setelah lebih dari setahun.
baca juga mata kuliah dan peluang karir
Hold
Back Period di Era Digital: Tren Terkini
Di
era digital yang semakin berkembang pesat, hold back period mulai beradaptasi.
Tren mempercepat distribusi film ke layanan streaming semakin populer, terutama
setelah pandemi COVID-19 yang mengubah perilaku menonton. Kini, beberapa studio
memilih merilis film secara simultan di bioskop dan streaming (seperti yang
dilakukan oleh Disney dengan "Black Widow"). Ini mengurangi
hold back period, tetapi tetap menjaga potensi pendapatan dari berbagai kanal.
Kesimpulan
Hold
back period adalah strategi distribusi yang bertujuan untuk memaksimalkan
pendapatan dari setiap saluran distribusi—bioskop, streaming, TV berlangganan,
dan TV gratis. Dengan adanya hold back period, kita bisa melihat bagaimana
film-film unggulan tidak langsung muncul di berbagai platform, tapi
didistribusikan secara bertahap untuk memaksimalkan keuntungan di tiap tahap.
Jadi,
lain kali ketika kamu bertanya-tanya kenapa film favoritmu belum ada di TV atau
layanan streaming, sekarang kamu tahu jawabannya: Hold Back Period! 😉
Penjelasan detilnya merupakan materi mata kuliah "Distribusi Media " di Program Studi Produksi Media dengan dosen praktisi dari EMTEK Grup.