Showing posts with label Info. Show all posts
Showing posts with label Info. Show all posts

Monday, November 11, 2024

Siapa Sangka, Film Ternyata Berasal dari Pertanyaan Aneh tentang Kaki Kuda

Sejarah gambar bergerak ternyata punya awal yang cukup unik dan sederhana: sebuah pertanyaan tentang kuda. Pada akhir abad ke-19, orang-orang penasaran dengan satu hal sederhana, "Apakah semua kaki kuda benar-benar terangkat dari tanah saat berlari?" Pertanyaan ini mungkin terlihat biasa saja, tapi bagi ilmuwan dan fotografer pada masa itu, hal ini justru jadi tantangan yang memancing eksperimen yang luar biasa dan akhirnya membuka jalan untuk dunia gambar bergerak yang kita kenal sekarang.




Eadweard Muybridge dan Eksperimen dengan Kamera

Di tahun 1878, seorang fotografer dan ilmuwan asal Inggris bernama Eadweard Muybridge menerima tantangan dari seorang pengusaha kaya bernama Leland Stanford, yang juga penasaran dengan pertanyaan tentang kuda tersebut. Stanford ingin tahu apakah benar kuda pada satu titik akan terangkat seluruhnya dari tanah saat berlari. Untuk menjawabnya, Muybridge mengatur serangkaian kamera yang dipasang berurutan di lintasan lari kuda. Setiap kali kuda berlari melewati kamera, tali dipicu untuk mengambil gambar pada momen tertentu.



Hasil eksperimen ini mengejutkan semua orang! Muybridge berhasil menangkap momen di mana semua kaki kuda benar-benar terangkat dari tanah di satu waktu tertentu. Lebih menarik lagi, foto-foto berurutan ini memberikan ilusi gerakan saat diputar secara cepat. Ini adalah salah satu kali pertama orang melihat serangkaian gambar yang diatur sedemikian rupa hingga menghasilkan kesan bergerak.

baca juga Tahapan Produksi Film

Dari Sekadar Eksperimen ke Gambar Bergerak

Eksperimen Muybridge ini menarik perhatian penemu lain. Tidak lama kemudian, Lumière bersaudara dari Prancis menciptakan Kinetoskop, alat yang memungkinkan gambar bergerak diproyeksikan ke layar besar, yang kemudian menjadi cikal bakal bioskop. Film pertama mereka di tahun 1895 berisi adegan sederhana, seperti pekerja meninggalkan pabrik, tapi bagi penonton saat itu, ini adalah pengalaman luar biasa.

baca juga Drama & Nondrama

Perkembangan Dunia Film hingga Hari Ini

Sejak saat itu, teknologi film terus berkembang. Dari film bisu hingga film berwarna, dari film hitam putih hingga efek CGI modern yang kita nikmati hari ini. Namun, semuanya berawal dari satu pertanyaan sederhana tentang kuda. Gambar bergerak telah berkembang menjadi media yang begitu besar dan kompleks, menyentuh berbagai aspek kehidupan kita, mulai dari hiburan, pendidikan, hingga seni dan budaya.

Kita mungkin tidak akan menyaksikan semua film blockbuster atau animasi canggih yang ada sekarang jika Muybridge tidak memulai eksperimennya dengan serangkaian foto kuda. Berawal dari pertanyaan sederhana, gambar bergerak telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern.

Kesimpulannya, sejarah gambar bergerak adalah bukti bahwa kadang hal-hal besar bisa dimulai dari pertanyaan yang kecil.

Sunday, October 27, 2024

"Ternyata, Handycam Bukan Nama Jenis Kamera! Kamu Salah Kaprah Selama Ini?"

Handycam memang kerap dianggap sebagai nama jenis kamera video, padahal sebenarnya, Handycam adalah merek dagang khusus dari Sony untuk lini kamera video portabel mereka yang dikenal juga sebagai camcorder. Banyak yang menyebut semua camcorder sebagai "handycam," sama seperti banyak orang menyebut semua air mineral dengan merek Aqua atau semua fotokopi dengan kata Xerox. Merek Handycam ini sendiri sudah dipatenkan oleh Sony sejak era 1980-an, dan hingga saat ini, masih menjadi ikon dalam dunia videografi portabel.


1. Sejarah Singkat Handycam dan Peran Sony

Sony pertama kali memperkenalkan camcorder Handycam pada 1985, bertujuan untuk menyediakan kamera video yang kecil, praktis, dan mudah dibawa ke mana-mana. Dengan teknologi yang mumpuni, produk-produk Handycam saat itu menjadi pelopor camcorder compact yang populer digunakan di rumah-rumah untuk keperluan dokumentasi keluarga hingga video amatir. Seiring waktu, Handycam juga banyak digunakan oleh jurnalis, kreator konten, hingga pelajar.

baca juga Camcorder dan Handycam

2. Mengapa Banyak yang Salah Persepsi?

Kesuksesan produk Sony dalam lini Handycam membuatnya terkenal hingga ke seluruh dunia. Nama Handycam pun cepat melekat di pikiran konsumen. Fenomena ini dikenal dalam pemasaran sebagai generic trademark, di mana merek yang sangat terkenal hingga mempengaruhi persepsi orang terhadap seluruh kategori produk tersebut. Sebut saja seperti GoPro yang sering diasosiasikan dengan action camera atau Polaroid yang identik dengan kamera instan.

3. Camcorder Lain di Luar Handycam

Meskipun Handycam adalah salah satu yang populer, camcorder tidak hanya terbatas pada merek Sony. Merek-merek lain seperti Canon, Panasonic, dan JVC juga memproduksi camcorder yang memiliki berbagai fitur berbeda. Beberapa kamera bahkan sudah disesuaikan untuk penggunaan khusus seperti camcorder untuk produksi berita, sinematografi, hingga konten digital. Variasi camcorder dari brand-brand ini sangat luas, menawarkan beragam fitur seperti stabilisasi gambar, zoom optik, dan kualitas resolusi yang bervariasi dari Full HD hingga 4K.

baca juga Tips Menggunakan Camcorder

4. Perkembangan Handycam dan Teknologi di Dalamnya

Selama bertahun-tahun, Sony terus mengembangkan teknologi dalam lini Handycam-nya, menghadirkan fitur-fitur mutakhir seperti optical steady shot, touch screen display, hingga kemampuan merekam video dalam resolusi tinggi. Salah satu fitur unggulan dari Handycam adalah Balanced Optical SteadyShot yang sangat membantu dalam menghasilkan video yang stabil bahkan ketika sedang berjalan. Fitur ini menjadi salah satu yang membedakan Handycam dari camcorder biasa lainnya.


Thursday, October 17, 2024

Film-Film dengan Biaya Terbesar yang Bikin Industri Berguncang!

Membuat film membutuhkan biaya yang tidak sedikit, apalagi jika film tersebut termasuk dalam kategori blockbuster atau film dengan skala besar. Di era teknologi modern ini, biaya produksi film semakin tinggi karena adanya efek visual yang canggih, set yang megah, aktor papan atas, dan promosi besar-besaran. Beberapa film bahkan masuk dalam daftar film dengan biaya produksi termahal sepanjang sejarah. Berikut beberapa di antaranya:



1. "Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides" (2011)


Film ini adalah salah satu film dengan anggaran terbesar sepanjang sejarah. Disney menggelontorkan sekitar $379 juta = Rp5,874 triliun untuk memproduksi film ini. Biaya tinggi ini disebabkan oleh efek visual yang rumit, syuting di berbagai lokasi eksotis, dan tentu saja gaji besar untuk para aktor seperti Johnny Depp. Efek khusus untuk adegan laut dan makhluk fantasi menambah beban biaya produksi secara signifikan.

baca juga Kenapa film Favorit belum tayang di TV

2. "Avengers: Endgame" (2019)



Salah satu film superhero terpopuler ini menghabiskan sekitar $356 juta = Rp5,518 triliun untuk produksinya. Biaya tersebut meliputi CGI yang intens, bayaran untuk para aktor seperti Robert Downey Jr., Chris Evans, dan Scarlett Johansson, serta kebutuhan untuk membuat adegan-adegan epik pertarungan di luar angkasa. Marvel Studios juga harus merogoh kocek lebih dalam untuk mempromosikan film ini di seluruh dunia.

3. "Avengers: Age of Ultron" (2015)



Film dari Marvel Cinematic Universe lainnya yang juga masuk dalam daftar ini adalah "Age of Ultron" dengan anggaran $365 juta = Rp5,657 triliu Film ini menampilkan pertarungan besar antar superhero dengan efek visual yang sangat kompleks. Setiap karakter superhero memiliki efek visual khusus yang dirancang dengan detail tinggi, seperti Iron Man dengan kostum mekaniknya atau Hulk dengan tubuh raksasa.

baca juga D4 Produksi Media, Jurusan Kekinian

4. "Justice League" (2017)



Film superhero dari DC Comics ini menghabiskan biaya produksi sebesar $300 juta = Rp4,65 triliun. Biaya tinggi ini dipicu oleh reshoot yang besar-besaran setelah perubahan sutradara dari Zack Snyder ke Joss Whedon, serta kebutuhan untuk memperbaiki efek visual dan menciptakan adegan-adegan baru. Sayangnya, meski dengan biaya tinggi, film ini tidak mencapai kesuksesan yang diharapkan di box office.

5. "Avatar: The Way of Water" (2022)


Film lanjutan dari "Avatar" karya James Cameron ini diperkirakan menelan biaya lebih dari $350 juta = Rp5,425 triliun. Biaya tinggi ini digunakan untuk pengembangan teknologi sinematografi terbaru, termasuk teknik motion capture di bawah air yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Cameron dikenal sering mendorong batasan teknologi dalam pembuatan film, dan ini menjadi salah satu faktor tingginya anggaran produksi.

Faktor-faktor yang Membuat Biaya Produksi Film Mahal

Biaya produksi film bisa sangat bervariasi, tergantung pada beberapa faktor seperti:

  • Efek Visual (VFX): Film dengan banyak adegan CGI atau efek visual membutuhkan waktu dan biaya besar untuk membuatnya terlihat realistis.
  • Gaji Aktor: Aktor papan atas sering kali dibayar puluhan juta dolar untuk satu film saja.
  • Lokasi Syuting: Syuting di lokasi-lokasi eksotis atau tempat bersejarah sering kali memerlukan izin yang mahal dan logistik yang rumit.
  • Kostum dan Properti: Film yang membutuhkan kostum khusus atau desain set yang rumit, seperti film fantasi atau sci-fi, biasanya memerlukan anggaran tambahan.

Film-film dengan biaya produksi besar sering kali diimbangi dengan keuntungan yang besar juga, meski tidak selalu. Namun, biaya produksi yang tinggi tidak menjamin kesuksesan di box office, karena banyak faktor lain seperti cerita, pemasaran, dan minat penonton yang turut menentukan kesuksesan sebuah film.

 

Referensi : https://boardroom.tv/most-expensive-movies-ever-made-avatar-marvel/

 

 

Saturday, October 12, 2024

Film Unggulan Bioskop Kenapa Belum Tayang di TV? Berikut Alasannya

Kenapa Film Unggulan Belum Tayang di TV? Ini Penjelasan tentang Hold Back Period

Pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa film yang lagi hits di bioskop belum juga tayang di TV atau layanan streaming favoritmu? Nah, salah satu penyebab utamanya adalah yang disebut Hold Back Period.



Di blog kali ini, kita akan mengupas tuntas apa itu Hold Back Period, mengapa itu diterapkan, dan contoh sederhananya agar kamu lebih paham bagaimana distribusi film bekerja. Yuk, kita mulai!

Apa Itu Hold Back Period?

Hold Back Period adalah waktu tunggu yang diberlakukan oleh distributor konten atau studio produksi sebelum sebuah film atau acara TV bisa dirilis di platform lain setelah perilisan awalnya. Misalnya, setelah sebuah film dirilis di bioskop, akan ada periode tertentu sebelum film tersebut bisa tersedia di layanan streaming, TV berlangganan (cable TV), atau bahkan televisi gratis (free-to-air).

Tujuan utama dari hold back period adalah untuk memaksimalkan keuntungan di setiap fase distribusi. Setiap saluran distribusi (bioskop, streaming, TV) memiliki nilai ekonomi yang berbeda, dan hold back period membantu mengoptimalkan pendapatan dari setiap tahap.

baca juga Peluang lulusan Produksi Media

Mengapa Hold Back Period Diterapkan?

Distribusi film adalah bisnis yang sangat terencana. Studio dan distributor film ingin mendapatkan penghasilan maksimal dari setiap platform di mana film itu ditayangkan. Oleh karena itu, mereka memberlakukan waktu tunggu atau hold back period untuk menghindari penurunan pendapatan di platform pertama (biasanya bioskop) sebelum film masuk ke fase distribusi berikutnya (misalnya layanan streaming atau TV).

Bayangkan jika film yang baru tayang di bioskop langsung tersedia di TV atau layanan streaming. Tentunya banyak orang yang akan memilih menonton di rumah daripada pergi ke bioskop, sehingga pendapatan dari bioskop menurun. Hold back period mencegah hal ini dengan memberi jeda waktu agar orang yang benar-benar ingin menonton lebih awal akan memilih ke bioskop.

Contoh Sederhana Hold Back Period

Biar lebih mudah, kita buat contoh sederhana:

  1. Perilisan di Bioskop

Sebuah film baru dirilis di bioskop pada tanggal 1 Januari. Di tahap ini, orang yang ingin menikmati pengalaman menonton di layar lebar dengan kualitas suara dan gambar terbaik akan menonton di bioskop. Inilah fase distribusi pertama.

  1. Hold Back Period untuk Layanan Streaming

Setelah film tayang di bioskop, biasanya ada hold back period selama 90 hari sebelum film tersebut tersedia di layanan streaming berbayar seperti Netflix atau Disney+. Jadi, film baru bisa kamu tonton di streaming pada tanggal 1 April. Tujuannya agar bioskop mendapatkan waktu eksklusif untuk memaksimalkan keuntungan.

  1. Hold Back Period untuk TV Berlangganan

Setelah film tayang di layanan streaming, hold back period lainnya mungkin diberlakukan sebelum film tersebut ditayangkan di TV berlangganan (seperti HBO atau Fox Movies). Biasanya durasinya sekitar 6 bulan setelah tayang di bioskop, misalnya baru tersedia di TV berlangganan pada bulan Juli.

  1. Hold Back Period untuk Free-to-Air TV

Untuk TV gratis, hold back periodnya bisa lebih lama lagi, biasanya sekitar 12 bulan atau lebih. Jadi, film tersebut baru bisa tayang di TV lokal pada tahun berikutnya, contohnya Januari tahun depan.

Contoh Nyata: Film Blockbuster dan Hold Back Period

Salah satu contoh nyata adalah perilisan film "Avengers: Endgame". Film ini tayang di bioskop pada April 2019, namun baru tersedia di layanan streaming Disney+ sekitar November 2019, sekitar 7 bulan setelah perilisan di bioskop. Setelah itu, film ini baru tersedia di TV kabel beberapa bulan kemudian dan akhirnya di TV gratis setelah lebih dari setahun.

baca juga mata kuliah dan peluang karir

Hold Back Period di Era Digital: Tren Terkini

Di era digital yang semakin berkembang pesat, hold back period mulai beradaptasi. Tren mempercepat distribusi film ke layanan streaming semakin populer, terutama setelah pandemi COVID-19 yang mengubah perilaku menonton. Kini, beberapa studio memilih merilis film secara simultan di bioskop dan streaming (seperti yang dilakukan oleh Disney dengan "Black Widow"). Ini mengurangi hold back period, tetapi tetap menjaga potensi pendapatan dari berbagai kanal.

 

Kesimpulan

Hold back period adalah strategi distribusi yang bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan dari setiap saluran distribusi—bioskop, streaming, TV berlangganan, dan TV gratis. Dengan adanya hold back period, kita bisa melihat bagaimana film-film unggulan tidak langsung muncul di berbagai platform, tapi didistribusikan secara bertahap untuk memaksimalkan keuntungan di tiap tahap.

Jadi, lain kali ketika kamu bertanya-tanya kenapa film favoritmu belum ada di TV atau layanan streaming, sekarang kamu tahu jawabannya: Hold Back Period! 😉

Penjelasan detilnya merupakan materi mata kuliah "Distribusi Media " di Program Studi Produksi Media dengan dosen praktisi dari EMTEK Grup.

 

Monday, June 10, 2024

Meet the Parents: Upaya Mengenalkan Kampus, Beasiswa, dan Cek Kesehatan Gratis

Pada Sabtu, 15 Juni 2024, Akademi Televisi Indonesia (ATVI) IMDE, yang merupakan bagian dari grup media terbesar EMTEK, akan menyelenggarakan acara istimewa bertajuk "Meet the Parents". Acara ini dirancang untuk mempererat hubungan antara kampus dan orang tua calon mahasiswa, sekaligus memberikan informasi mendalam mengenai berbagai program studi yang ditawarkan ATVI IMDE.

Kegiatan ini selain bertemu dan berbincang mengenai program studi juga akan ada cek  kesehatan gratis  dari RS EMC Tangerang-Grup Emtek serta sesi program beasiswa khusus. Kegiatan akan berlangsung pada : Sabtu, 15 Juni 2024 jam 10.00- selesai, bertempat di kampus baru ATVI IMDE yang berada di lingkungan kompleks EMTEK City, Jakarta Barat.


Pengenalan Lima Program Studi
Salah satu agenda utama dalam acara ini adalah pengenalan lima program studi unggulan yang dimiliki ATVI IMDE. Para orang tua dan calon mahasiswa akan berkesempatan untuk berdiskusi langsung dengan kepala program studi masing-masing. Program studi yang diperkenalkan meliputi:

1. Produksi Media : Program studi dengan jenjang sarjana (D4) yang menghasilkan lulusan sarjana terapan profesional yang mampu berkiprah di industri kreatif dalam bidang produksi media.

2.Komunikasi Massa: Program studi jenjang Diploma Tiga (D3) yang mencetak lulusan Ahli Madya di bidang penyiaran, periklanan dan media digital yang terampil dalam membuat konten kreatif yang bisa dipakai dalam acara televisi atau media massa lainnya.

3. Bisnis Digital : Prodi ini mengajarkan untuk merancang dan menjalankan bisnis yang berbasis digital. Ilmu yang akan diperoleh merupakan perpaduan dari manajemen, bisnis, teknik informatika, dan sistem informasi.

4. Seni Pertunjukan: Mempelajari tentang berbagai keilmuan di bidang seni pertunjukan, baik itu seni teater, musik, tari, dan seni pertunjukan lainnya.

5. Kajian Film, Televisi & Media: Program studi yang mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi profesional yang kreatif dan kritis dalam industry film, televisi dan media.

Diskusi dengan kepala program studi ini akan memberikan gambaran lebih jelas tentang kurikulum, peluang karier, serta tantangan yang mungkin dihadapi selama studi.


baca juga Prodi Unggulan

 
Peluang Beasiswa 100%

ATVI IMDE juga menawarkan peluang beasiswa penuh bagi para calon mahasiswa yang berprestasi. Dalam acara ini, akan dijelaskan lebih lanjut mengenai syarat dan proses seleksi beasiswa tersebut. Ini adalah kesempatan emas bagi mereka yang memiliki potensi akademik dan keinginan kuat untuk belajar, namun terkendala masalah finansial.

baca juga Beragam Beasiswa

 
Makan Siang Bersama Rektor dan Kepala Program Studi
Selain diskusi dan pengenalan program studi, para peserta acara juga akan diundang untuk makan siang bersama rektor dan kepala program studi. Ini adalah momen yang sangat berharga untuk mengenal lebih dekat para pemimpin akademik di ATVI IMDE, serta mendapatkan wawasan langsung mengenai visi dan misi kampus dalam mencetak lulusan yang kompeten dan siap bersaing di industri media.
 
Cek Kesehatan Gratis oleh Tim RS EMC
Dalam rangkaian acara "Meet the Parents" ini, RS EMC akan menyediakan layanan cek kesehatan gratis bagi peserta yang hadir. Ini adalah salah satu bentuk kepedulian ATVI IMDE dan RS EMC terhadap kesehatan para orang tua dan calon mahasiswa, memastikan mereka dalam kondisi prima untuk menghadapi tahun ajaran baru.
 
Voucher Langganan Vidio.com dan Free Formulir Pendaftaran

Sebagai tambahan, para peserta akan mendapatkan voucher langganan Vidio.com secara gratis. Ini merupakan salah satu keuntungan yang menarik, mengingat Vidio.com adalah penyedia layanan streaming terlengkap di Indonesia platform yang menawarkan berbagai konten hiburan berkualitas. Selain itu, ATVI IMDE juga membebaskan biaya formulir pendaftaran bagi calon mahasiswa yang hadir dalam acara ini, sehingga mereka bisa lebih mudah melanjutkan proses pendaftaran ke kampus impian mereka.

baca juga Lowongan

Acara "Meet the Parents" ini bukan hanya sekadar pertemuan formal, tetapi juga merupakan ajang untuk membangun kebersamaan dan memahami lebih dalam tentang ATVI IMDE. Dengan berbagai kegiatan menarik dan informatif yang telah dipersiapkan, diharapkan para orang tua dan calon mahasiswa dapat merasakan langsung komitmen ATVI IMDE dalam memberikan pendidikan terbaik dan mendukung kesuksesan masa depan mereka.

Untuk RSVP silahkan mengisi form berikut : https://bit.ly/imdeparents2024
Bagi bpk/ibu yang ingin bertanya atau mengetahui informasi lebih lanjut, dapat menghubungi contact person di bawah ini: 
Ade - WA 08388887718

Thursday, May 9, 2024

Program Studi Produksi Media, Mata Kuliah, dan Prospek Kerjanya.

 D4 Produksi Media: Pendidikan dan Prospek Masa Depan

Produksi Media adalah sebuah program studi dengan jenjang sarjana (D4) yang menghasilkan lulusan sarjana terapan profesional yang mampu berkiprah di industri kreatif dalam bidang produksi media. Program studi ini tidak hanya fokus pada aspek teknis produksi, tetapi juga menggali konsep-konsep kreatif, manajemen proyek, dan pemahaman mendalam tentang industri media secara keseluruhan. Memiliki kompetensi dalam membuat perencanaan, memroduksi, dan mampu mengevaluasi konten media untuk berbagai platform. Lulusannya diharapkan mampu memiliki keahlian dalam produksi konten media, memiliki kreativitas, penguasaan teknologi, manajemen produksi, kemampuan berkomunikasi, memiliki etika profesi, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

Mengapa D4?

Diploma IV (D4) sering kali menawarkan keunggulan yang berbeda dibandingkan dengan gelar Sarjana (S1). Salah satu kelebihannya adalah fokus pada keterampilan praktis yang dibutuhkan di lapangan kerja. Program D4 cenderung lebih terfokus dan langsung relevan dengan kebutuhan industri tertentu, sehingga lulusan dapat lebih siap secara praktis untuk langsung terjun ke dunia kerja.

Program D4 lebih terfokus pada pengembangan keterampilan teknis yang spesifik, memungkinkan lulusan untuk menjadi spesialis dalam bidang tertentu dengan pemahaman yang mendalam tentang aplikasi praktisnya. Mereka sering dihargai di industri karena keahlian praktis yang langsung dapat diterapkan, menjadikan mereka kandidat yang diminati oleh banyak perusahaan.

Apa yang Dipelajari dalam D4 Produksi Media?

Manajemen Produksi Media

Mata kuliah manajemen produksi multimedia membahas strategi, konsep, dan teknik terkait produksi konten media untuk berbagai platform. Mahasiswa akan belajar tentang proses produksi dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan dan distribusi. Materi yang diajarkan meliputi pemilihan konsep, penjadwalan produksi, manajemen sumber daya, pengaturan anggaran, dan pengelolaan tim produksi.

Teknik Penulisan Naskah

Pentingnya cerita dalam produksi konten tidak bisa diabaikan. Mahasiswa akan diajarkan bagaimana menulis skrip yang efektif dan menarik serta memahami prinsip dasar narasi untuk berbagai jenis media, mulai dari film hingga konten digital.

Produksi Media Digital

Mata kuliah yang mengkaji teori, konsep, proses seputar produksi media. Mahasiswa akan mempelajari dasar-dasar produksi audiovisual, termasuk penggunaan peralatan kamera, pencahayaan, dan suara.

Pengantar Animasi

Dasar tentang prinsip-prinsip dasar animasi serta teknik-teknik yang digunakan dalam pembuatan animasi menggunakan berbagai software seperti After effect, 3D Max, Blender dll.

Jurnalistik Multimedia

Memperkenalkan mahasiswa pada konsep-konsep dasar jurnalistik modern yang terkait dengan era digital dan multimedia, penulisan berita yang efektif untuk platform digital, pembuatan konten multimedia seperti video berita, podcast, dan artikel online, serta penggunaan alat-alat digital.

Motion Graphic

Membahas konsep, teknik, dan aplikasi dalam pembuatan grafis bergerak yang digunakan dalam berbagai konteks, termasuk iklan, video musik, presentasi, dan produksi multimedia lainnya.

Produksi Streaming

Membahas tentang konsep, teknik, dan proses produksi dalam penyiaran konten secara langsung melalui platform streaming online. Mahasiswa akan mempelajari tentang infrastruktur teknis yang terlibat dalam produksi streaming, termasuk penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk menyiarkan konten secara langsung.

Public Speaking

Membekali mahasiswa dengan keterampilan yang diperlukan untuk berbicara di depan umum secara efektif dan percaya diri. Mahasiswa akan mempelajari berbagai teknik untuk merencanakan, menyusun, dan menyampaikan pidato atau presentasi yang persuasif dan meyakinkan.

Digital Videografi

Mendalami konsep, teknik, dan praktik pembuatan video digital yang berkualitas tinggi menggunakan berbagai peralatan digital seperti camcorder, dslr, dan smartphone untuk menciptakan video yang menarik secara visual.

Video Editing

Membahas konsep, teknik, dan aplikasi praktis dalam proses pengeditan video digital. Mahasiswa akan mempelajari berbagai aspek editing, termasuk penggunaan perangkat lunak seperti Adobe Premiere Pro, Final Cut Pro, dan aplikasi mobile editing.

Dan berbagai mata kuliah lain yang dibutuhkan di era digital saat ini.

baca juga Berbagai Beasiswa Di ATVI

Prospek Masa Depan Lulusan D4 Produksi Media

Lulusan D4 Produksi Media akan mendapatkan gelar Sarjana Terapan Ilmu Komunikasi (S.Tr.I.Kom) yang memiliki peluang karir yang luas dan beragam dalam industri kreatif  dan hiburan media yang terus berkembang. Mereka dapat bekerja sebagai produser konten multimedia untuk perusahaan media, stasiun televisi, atau platform streaming online. Di samping itu, mereka juga dapat menjadi editor video, desainer grafis, videographer, fotografer, atau animator untuk berbagai proyek produksi video, film, atau content creator secara independen atau perusahaan untuk menciptakan konten visual yang menarik untuk klien. Dengan keterampilan yang diperoleh dalam produksi media, lulusan memiliki peluang luas untuk berkembang dan berkarier di berbagai sektor industri kreatif global.

Program Studi Produksi Media di ATVI menjadi salah satu prodi yang banyak peminatnya, didukung oleh grup media besar Emtek tentunya memberikan peluang bekerja lebih besar.

Saturday, March 23, 2024

Cari tahu sumber pendapatan industri media

Ternyata sumber pendapatan industri media bukan hanya dari iklan, banyak pendapatan lain yang memberikan kontribusi cukup besar bagi income perusahaan. Industri media memiliki berbagai sumber pendapatan yang bervariasi tergantung pada jenis media dan strategi bisnis yang digunakan oleh perusahaan media tersebut.



Berikut adalah beberapa sumber pendapatan utama dalam industri media:

Iklan:

Salah satu sumber pendapatan utama bagi banyak perusahaan media adalah iklan. Perusahaan media dapat menjual ruang iklan di media mereka seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, situs web, dan platform media sosial kepada pengiklan. Pendapatan dari iklan dapat bervariasi tergantung pada popularitas media tersebut, audiens yang dituju, dan jenis iklan yang ditawarkan (misalnya, iklan display, iklan video, iklan berbasis teks, dll.).

Berlangganan:

Beberapa media, seperti surat kabar, majalah, dan layanan streaming, menawarkan langganan berbayar kepada pengguna mereka. Pendapatan dari berlangganan ini dapat berasal dari biaya bulanan atau tahunan yang dibayarkan oleh pelanggan untuk mengakses konten premium atau tanpa iklan. Model bisnis ini sering kali memerlukan strategi yang kuat untuk menarik dan mempertahankan pelanggan.

baca juga buku wajib content creator

Penjualan Konten Digital:

Dengan pertumbuhan internet, banyak perusahaan media menghasilkan pendapatan dari penjualan konten digital seperti e-book, podcast, video kursus online, dan lainnya. Pengguna dapat membayar untuk mengunduh atau mengakses konten digital ini, dan perusahaan media dapat memonetisasi karya-karya kreatif mereka melalui platform-platform digital.

Lisensi dan Hak Penggunaan:

Media juga dapat memperoleh pendapatan dari penjualan lisensi dan hak penggunaan konten mereka kepada pihak lain. Misalnya, sebuah stasiun televisi dapat menjual hak siar untuk acara mereka kepada jaringan televisi lain atau platform streaming, atau seorang fotografer atau videografer dapat menjual hak penggunaan gambar atau video mereka kepada perusahaan lain.

Acara dan Sponsorship:

Perusahaan media sering kali menghasilkan pendapatan dari penyelenggaraan acara atau program khusus yang didukung oleh sponsor. Sponsor dapat membayar perusahaan media untuk mendapatkan eksposur merek mereka selama acara atau program tersebut, yang dapat berupa penayangan logo, promosi produk, atau partisipasi dalam kegiatan terkait acara.

baca juga cara mudah membuat kartun dengan AI

Penjualan Barang dan Layanan Terkait:

Beberapa perusahaan media juga menghasilkan pendapatan dari penjualan barang atau layanan terkait dengan merek mereka. Misalnya, sebuah majalah mode dapat menjual produk-produk fashion atau aksesori, atau sebuah stasiun televisi yang fokus pada memasak dapat menjual peralatan dapur atau produk makanan.

Dukungan Pemerintah atau Sponsor Tidak Untung:

Di beberapa negara, media dapat menerima pendanaan atau dukungan langsung dari pemerintah atau sponsor yang tidak mencari untung, seperti yayasan atau lembaga nirlaba. Pendapatan dari sumber ini dapat membantu media untuk tetap beroperasi dan menyediakan konten informatif atau pendidikan kepada masyarakat.

Penjualan Hak Cetak:

Bagi media yang menghasilkan konten dalam bentuk cetak seperti buku, majalah, atau brosur, penjualan hak cetak dapat menjadi sumber pendapatan tambahan. Ini terjadi ketika perusahaan media menjual lisensi kepada penerbit atau percetakan untuk mencetak dan mendistribusikan karya-karya mereka.

Perusahaan media yang sukses sering menggabungkan beberapa sumber pendapatan ini untuk menciptakan model bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan. Dengan perubahan terus-menerus dalam teknologi dan perilaku konsumen, adaptasi dan inovasi dalam memanfaatkan sumber pendapatan menjadi kunci keberhasilan jangka panjang dalam industri media.

Saturday, January 29, 2022

Hardisk Pertama Beratnya 1 Ton, Kapasitas 5MB, harganya ratusan juta

 

Hardisk merupakan salah satu komponen utama pada komputer. Fungsi hardisk yang utama adalah untuk menyimpan dan membaca data yang ada di dalam perangkat. Harddisk merupakan jenis memori komputer yang memiliki sifat non-volatile memory yang berarti data pada memori jenis ini tidak akan hilang meski perangkat tersebut telah dimatikan.  Ini berbeda dengan Penyimpanan RAM dalam komputer, dimana semua data yang tersimpan sementara pada RAM akan hilang ketika komputer dalam kondisi off.


Friday, January 28, 2022

Gawai Bisa Buat Film Dokumenter Bagus

Setiap persitiwa punya arti, punya makna, dan punya nilai sejarah tinggi di kemudian hari. Semua itu akan terwujud apabila kita punya kebiasaan dan passion untuk mendokumentasikan denyut nadi kehidupan masyarakat melalu kamera yang kita miliki, termasuk kamera yang ada di perangkat gawai kita.

Demikian disampaikan Dosen ATVI yang dikenal sebagai sutradara dan juri film dokumenter,  Dr. IGP Wiranegara, M.Sn ketika tampil sebagai pembicara dalam acara “Bincang Santai Teras LPPM ATVI” yang digelar via online dan streaming di Kanal Youtube LPPM ATVI (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat – Akademi Televisi Indonesia), Jumat malam (28/1/2022).

Saturday, January 22, 2022

Untuk Jadi Konten Kreator, Ini yang Perlu Diperhatikan

Besarnya perkembangan internet di Indonesia membuat para pelaku bisnis memiliki keleluasaan dalam memilih suatu media dan format apa yang akan digunakan dalam penyampaian pesan terbaik kepada para konsumenny. Salah satu format yang saat ini menjadi favorit Para pemilik merek sendiri adalah endorsment via konten kreator.

Seorang konten kreator kini tidak harus publik figur atau selebritis yang sudah terkenal namun mereka yang memiliki ketrampilan dan kreativitas dalam menciptakan sebuah konten. Untuk menjadi konten kreator harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang audio visual diantaranya konten, kamera, audio dan video editing.


Lembaga Pendidikan David Klein (LPDK) bekerjasama dengan Radio Maestro dan Akademi televisi Indonesia (ATVI) mengadakan pelatihan bagaimana menjadi seorang konten kreator yang handal, Sabtu (22/1/2022).

Pelatihan kali ini juga menggandeng Persatuan Radio Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI). Seperti kita ketahui radio awalnya memang hanya merupakan penyiaran audio saja, namun di era digital sekarang  agar tetap eksis maka radio harus bergeser menjadi audio video, yang artinya yang tadi nya hanya membuat konten berupa audio saja, saat ini juga harus membuat konten audio visual yang dapat ditayangkan menggunakan kanal media sosialnya. Karena itu diperlukan pelatihan untuk dapat mewujudkan ide dasar yang konseptual menjadi sebuah karya nyata (konten digital).


Untuk menjadi seorang konten kreator, adalah mutlak untuk mengetahui ilmu fundamental tentang audio dan visual. Untuk itu ATVI sebagai sebuah akademi yang menyiapkan tenaga media digital dan pertelevisian yang andal, turut berkontribusi dalam pelatihan ini dengan mengirimkan beberapa dosen andalannya yang sangat kompeten di bidangnya.

Di antaranya Hans Utama sebagai Founder Fantasipro Creative Works sekaligus Kabag Kemahasiswaan ATVI, Rusman Latief dosen ATVI sekaligus penulis buku produktif, Teguh Setiawan seorang praktisi,dosen dan penyusun kurikulum bidang kamera, Desrizal praktisi juga dosen ATVI,dan David Klein Founder LPDK.

Dalam acara pembukaan, Erick Rizki Sunendar selaku wakil ketua bidang dana usaha PRSSNI Jabar  mengatakan pelatihan ini menjadi bekal para insan radio, karena tidak menutup kemungkinan radio juga harus menyesuaikan dengan kondisi yang semakin berkembang.Pelatihan yang dilakukan secara online setiap selasa dan kamis selama 90 menit. (sur)

sumber: https://www.sinarharapan.net