Jakarta
— Festival Film Sosiologi (FFS) kembali digelar sebagai agenda tahunan
Departemen Kominfo BEMP Sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Tahun ini,
ajang bergengsi tersebut berlangsung pada Jumat, 10 Oktober 2025, di Gedung Ki
Hajar Dewantara lantai 9, UNJ, dan diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di
Indonesia.
![]() |
Dewan juri berfoto bersama para pemenang |
Kegiatan
ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas siswa-siswi SMA
sederajat dalam memproduksi film pendek bertema sosial. FFS 2025 menghadirkan
tiga juri dari berbagai latar belakang profesional, yakni Nur Syafitri, S.I.Kom
(SMK Taruna Bhakti), Teguh Setiawan, S.Pd., M.I.Kom (Dekan Vokasi IMDE), dan Devi
Septiandini, M.Pd (Dosen Pendidikan Sosiologi UNJ).
Menurut
Dr. Rusfadia Saktiyanti Jahja, M.Si., Koordinator Program Studi Sosiologi UNJ,
festival ini menjadi wadah positif bagi generasi muda untuk berpikir kritis dan
berkreasi melalui media film.
“Kegiatan
seperti ini sangat relevan dengan karakter anak muda masa kini yang dekat
dengan dunia film dan digital. Harapannya, semakin banyak siswa yang
berpartisipasi di tahun-tahun mendatang,” ujarnya.
baca juga
Lewat
karya film yang dihasilkan, peserta diharapkan mampu menggugah kesadaran
penonton terhadap isu pendidikan, literasi digital, dan kepedulian lingkungan,
serta mendorong lahirnya solusi atas berbagai persoalan sosial di sekitar
mereka.
![]() |
Dewan juri sedang melakukan penilaian |
Selaku
ketua pelaksana, Chayara mengungkapkan rasa bangganya atas suksesnya
penyelenggaraan acara tahun ini. Sementara itu, Teguh Setiawan, S.Pd., M.I.Kom,
yang bertindak sebagai juri sinematografi dan editing, menyampaikan
apresiasinya terhadap kualitas karya peserta.
“Banyak
film yang sudah bagus secara visual dan menarik dalam pengeditannya. Semoga
para peserta terus belajar dan berlatih agar karya mereka semakin berkualitas
di masa depan,”
ungkapnya.
Dengan
mengusung tema isu pendidikan, FFS 2025 menayangkan tujuh film terbaik hasil
karya orisinal peserta. Pemutaran film tersebut tidak hanya menjadi hiburan,
tetapi juga menjadi sarana inspirasi dan refleksi sosial bagi masyarakat
terhadap kondisi pendidikan di Indonesia saat ini. (teg)